Aku ga tau apa yang sedang dipikirkan para petinggi pemerintah. Nih yang aku tulis tentang masalah yang ada hubungannya dengan rakyat, pemerintah, kelangsungan hidup, dan satu lagi yang namanya ‘api’. Nha, yang berhungan dengan api dan kelangsungan hidup tuh pasti ‘kompor’. Jelas alat yang satu ini penting sekali bagi setiap rumah tangga, karena dari kompor inilah manusia modern sekarang ini sangat bergantung dalam kegiatan sehari-hari. Namun sekarang timbul dilema baru, maaf nih… bukan dilema cinta, kalau itu judul lagu nya Ungu. Huhuhu.
Ok, yang pengen aku tulis nih ga terencana sama sekali. Aku denger dari keluhan emak ku, tetangga, dan orang-orang sekitar yang dulunya masih nggunain kompor minyak tanah. ‘Kompor liyun' sebutan dari orang-orang jawa yang selama ini menjadi bagian dari isi dapur mereka harus ‘digiring’ pemerintah untuk beralih ke kompor gas. Meskipun agak takut-takut gimana … gitu setlah banyak kejadian yang pernah terjadi akibat kebocoran gas yang akhirnya bisa meledak, maklumlah orang ndeso. Tapi akhirnya terpaksa juga mereka harus mengikuti kebijakan pemerintah tentang konversi minyak tanah ke gas. Alasan Pemerintah karena minyak tanah langka, dan untuk membatu masyarakat untuk lebih bisa menghemat biaya hidup dengan beralih ke kompor gas.
Sekitar dua bulan sebelum aku nulis hari ini tanggal 18 Agustus 2009, setiap kepala keluarga endapatkan kompor + tabung + gas satu unit. Sedangkan bagi yang mempunyai usaha kecil di bidang makanan, mereka berhak mendapatkan 2 buah kompor + tabung + isi gas. Keren nih program pemerintah… mau ngasih gratisan sama rakyat.
Sekarang rakyat sudah mulai terbiasa dengan gas elpiji dan nyaris melupakan minyak tanah, tapi apa yang terjadi…???!!!!! kelangkaan gas! Owalah…. Padahal dalam janjinya dulu pemerintah bilang kalau masyarakat jangan khawatir dengan persediaan gas. Imbasnya, harga gas direncanakan akan naik. Lagi-lagi rakyat yang tercekik.
Seperti yang di lansir di Poskota.co.id Memang sih yang diusulkan naik harga jualnya gas elpiji yang12 kg dan 50 kg, tuh yang makai kebanyakan dari kalangan pengusaha seperti rumah makan. Tapi kalau adanya kemungkinan pergeseran konsumsi terjadi. Mereka yang biasa pakai gas elpiji 50 kg akan beralih ke 12 kg. Kemudian yang pengguna 12 kg bergeser ke gas elpiji 3 kg. Nah masyarakat kecil memasak mau pakai apa. “Apa disuruh pakai kayu bakar lagi.”
Aku ga tau apa tujuan pemerintah menkonversikan minyak tanah ke gas beserta pembagian gas secara cuma-cuma kepada masyarakat kalau akhirnya harga gas dinaikkan juga. Semoga saja tidak menjadikan ini sebagai dilema politik dan rakyat mau menerima keputusan apapun yang harus mereka terima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis disini. Bila anda sebagai pembaca ( Bukan Blogger ), bisa memakai profil Name/url. untuk url boleh diisi, boleh kosong. Thanks